Minggu, 14 Desember 2008

Barack Obama

Presiden USA yang baru telah terpilih. Go to hell, Bush. The angel just came from heaven to lead the America.
Seperti yang dikeathui, Bush terkenal akan kegemarannya dalam mengirim rakyatnya berperang dan menghabiskan anggaran negara yang seharusnya untuk rakyat dibakar menjadi ledakan mesiu. Diharapkan keberadaan Obama yang lebih konservatif dan lunak dalam strategi timur tengah mampu mengubah segalanya, termasuk mengubah imej Amerika yang telah dianggap teroris sesungguhnya oleh banyak orang.
Kemenangan Obama juga tidak lepas dari visi ekonominya. Amerika mengalami resesi di bawah kepemimpinan presiden partai republik.
Mliter, ekonomi, dan lingkungan, itulah tiga hal yang seharusnya menjadi tugas utama barack Obama, tiga hal yang telah menajdi aib pemerintahan sebelumnya, tiga hal yang harus dibenahi. Seluruh rakyat Amerika dan dunia menanti aksinya dalam perbaikan ketigahal tersebut dan menaruh harapan mengenai arti baru perdamaian bagi Amerika.
Harapan gw bagi Obama:
  • Kurangi pendanaan di militer yang irrasional, tempatkan lebih banyak budget di kesehatan dan pendidikan.
  • Kebijakan lingkungan yang lebih rasional, jangan menutup mata.
  • Tingkatkan pajak kendaraan bermotor.
  • Tetapkan pajak progresif penghasilan.
  • Tingkatkan santunan kesehatan.
  • Pendanaan riset dan teknologi ditingkatkan.
  • Pembaharuan sistem ekonomi.
  • Berhenti menganak emaskan Israel.
Jika itu semua tercapai, terciptalah dunia impian. Percayalah.
We trust you, Obama.

Indonesia Banget

Satu hal yang menjadi trade mark Indonesia dan tidak ada di negara lain adalah masalah ngaret. Hal ini sudah berakar dari hal yang kurang resmi seperti janjian dengan teman hingga masalah kenegaraan. Percaya atau tidak, masalah ini adalah masalah besar yang tidak terdeteksi oleh banyak orang karena mungkin tidak ada cukup waktu untuk menghitung kerugian dari hal ini dan melaporkannya DI SAAT YANG TEPAT.
Pengalaman gw sebagai individu, banyak sekali 'perjanjian' dan acara-acara dari resmi seperti seminar hingga nonresmi seperti kumpul kelompok kerja, yang gw alami mengalami keterlambatan dalam memulainya. Dan pengalaman gw dalam meminta sesuatu melalui birokrasi selalu mengalami keterlambatan, dari hal yang sederhana seperti membuat KTP. Jika data diri tidak disertai 'selipan' sesuatu, tidak akan cepat prosesnya.
Kebiasaan korupsi uang dan waktu memang sudah mendarah daging di setiap manusia yang tidak sehat jiwanya. Tapi selama gw tinggal di Indonesia (seperti pernah tinggal di negara lain aja) kebiasaan ngaret ini terlihat jelas banget. Dan selama gw ngobrol dengan banyak orang Eropa, mereka tidak pernah mengatakan hal ini. Mereka tidak pernah direpotkan oleh masalah ngaretnya birokrasi ataupun oleh teman mereka.
Pengalaman gw janjian dengan sekelompok mahasiswa UI temen2 gw, mereka ngaretnya sampai satu jam. Apakah mereka juga diajarkan kebiasaan yang Indonesia banget ini? Namanya juga Universitas Indonesia.
Entahlah, mungkin gw hanya kesal saja dengan semua ini. Mengganggu banget. Jika saja tidak ada satu orang pun di negara ini yang ngaretnya tidak lebih dari lima menit saja, Indonesia akan menjadi negara yang makmur. Percaya deh, dari kebiasaan kecil jika dilakukan oleh banyak orang akibatnya akan besar. Contoh saja mengenai membuang sampah plastik di sungai. Jika satu individu berpikir "Hanya satu sampah kecil," bagaimana jika jutaan orang berpikiran yang sama?

Indonesia Banget

Satu hal yang menjadi trade mark Indonesia dan tidak ada di negara lain adalah masalah ngaret. Hal ini sudah berakar dari hal yang kurang resmi seperti janjian dengan teman hingga masalah kenegaraan. Percaya atau tidak, masalah ini adalah masalah besar yang tidak terdeteksi oleh banyak orang karena mungkin tidak ada cukup waktu untuk menghitung kerugian dari hal ini dan melaporkannya DI SAAT YANG TEPAT.
Pengalaman gw sebagai individu, banyak sekali 'perjanjian' dan acara-acara dari resmi seperti seminar hingga nonresmi seperti kumpul kelompok kerja, yang gw alami mengalami keterlambatan dalam memulainya. Dan pengalaman gw dalam meminta sesuatu melalui birokrasi selalu mengalami keterlambatan, dari hal yang sederhana seperti membuat KTP. Jika data diri tidak disertai 'selipan' sesuatu, tidak akan cepat prosesnya.
Kebiasaan korupsi uang dan waktu memang sudah mendarah daging di setiap manusia yang tidak sehat jiwanya. Tapi selama gw tinggal di Indonesia (seperti pernah tinggal di negara lain aja) kebiasaan ngaret ini terlihat jelas banget. Dan selama gw ngobrol dengan banyak orang Eropa, mereka tidak pernah mengatakan hal ini. Mereka tidak pernah direpotkan oleh masalah ngaretnya birokrasi ataupun oleh teman mereka.
Pengalaman gw janjian dengan sekelompok mahasiswa UI temen2 gw, mereka ngaretnya sampai satu jam. Apakah mereka juga diajarkan kebiasaan yang Indonesia banget ini? Namanya juga Universitas Indonesia.
Entahlah, mungkin gw hanya kesal saja dengan semua ini. Mengganggu banget. Jika saja tidak ada satu orang pun di negara ini yang ngaretnya tidak lebih dari lima menit saja, Indonesia akan menjadi negara yang makmur. Percaya deh, dari kebiasaan kecil jika dilakukan oleh banyak orang akibatnya akan besar. Contoh saja mengenai membuang sampah plastik di sungai. Jika satu individu berpikir "Hanya satu sampah kecil," bagaimana jika jutaan orang berpikiran yang sama?