Selasa, 04 Maret 2008

Universitas

Setelah menyelesaikan SMA atau yang sederajat, impian para siswa tentu saja melanjutkan pendidikan ke universitas, sekolah tinggi, akademi, dan institut negeri. Dari sebagian besar pasti sudah mempersiapkan jurusan favoritnya dan apa yang dibutuhkan untuk mencapainya. Tapi sebenarnya, sudah sesuaikah antara minat dan kemampuan? Banyak siswa yang tidak tahu potensinya sendiri dan ada juga yang memiliki minat yang jauh di luar jangkauan kemampuannya.
(Untuk selanjutnya, bila gw menyebut SMA, artinya adalah SMA dan sederajatnya. Dan bila gw menyebut universitas, artinya adalah universitas dan yang sederajatnya. Agar ringkas)
Untuk mengatasi hal itu, biasanya sekolah mengadakan psikotes untuk siswa-siswanya atau siswa melakukan psikotes di lembaga tertentu atas inisiatif sendiri. Hasilnya bisa bersifat sugestif dan mampu mengubah arah minat siswa.
Apapun bisa terjadi di tengah-tengah perjuangan siswa mencapai perguruan tinggi, dari waktu ketika siswa berpikir mengenai universitas hingga akhirnya diterima. Ada banyak faktor. Salah satunya adalah hasil psikotes itu. Yang lainnya adalah faktor keluarga, teman, guru, dan lain-lain termasuk pihak universitas sendiri. Universitas dapat memberikan pengaruhnya dengan mengadakan berbagai kegiatan di suatu SMA.
Di antara siswa tentunya ada jurusan favorit. Nih, yang gw dapat dari temen-temen gw:
  • Akuntansi. Biasanya siswa IPS. Tapi tidak menutup kemungkinan siswa IPA memilih ini karena dipengaruhi oleh gosip bahwa kuliah di akuntansi itu gampang dan pekerjaan mudah didapat. Juga kabarnya, mayoritas mahasiswa STAN sebelumnya adalah siswa IPA.
  • Manajemen. Sama dengan diatas. Dan kabar yang gw denger, lulusan manajemen memiliki banyak bidang pekerjaan untuk dipilih.
  • Hukum. Bisa IPS, bisa IPA. Tapi ini kan materi IPS? Ya, memang banyak anak IPA yang masuk jurusan yang terkait dengan IPS, sedangkan siswa IPS yang masuk ke jurusan IPA jarang. Hitung saja, kapasitas kursi untuk jurusan IPS di perguruan tinggi di seluruh Indonesia lebih banyak dari pada kursi untuk jurusan IPA. Dan murid IPA umumnya tidak sebanyak siswa IPS di SMA seluruh Indonesia.
  • Kedokteran. Pasti siswa IPA. Kalau ada siswa IPS mendaftar masuk sini, artinya nekat. Kecuali bagian manajemen rumah sakit dan psikiater / psikolog nya.
  • Teknik Mesin. Jurusan paling favorit di antara peminat teknik di sekolah gw.
  • Teknik Industri. Yang ingin merusak bumi, masuklah ke sini.
  • Teknik Pertanian, untuk yang fisika, biologi, dan kimianya kuat. Jurusan favorit gw.
  • Teknik Sipil. Yang suka fisika, terutama hukum Newton, hukum kekekalan energi, momen gaya, momen inersia, momentum, impuls, dan lain-lain, masuk sini aja.
  • Teknik Lingkungan, untuk pecinta lingkungan sejati.
  • Arsitektur, sahabat dekatnya Teknik Sipil.
  • Fakultas MIPA. Umumnya untuk siswa yang sudah ‘ditakdirkan’ masuk sini. Ditakdirkan maksudnya sudah dinobatkan menjadi ahli di pelajaran MIPA. Sudah jelas MIPA-nya harus super kuat, dengan tambahan (atau minus) faktor luck di SPMB.
  • Fakultas Ilmu Komputer. Untuk cracker / hacker atau pencinta komputer yang ingin mempergunakan kemampuannya untuk berbuat baik, masuk sini aja.
  • Fakultas Sastra. Jujur aja, gw jarang banget mendengar ada yang ingin masuk sastra. Apalagi sastra yang paling jarang didengar seperti sastra Jawa atau sastra Rusia. Ada ngga ya sastra Urdu?
Gw, seperti siswa lainnya, juga mengalami dilema seperti yang sudah disebut di atas: bingung memilih jurusan, dipengaruhi oleh orang terdekat, dsb. Bahkan hingga kini masih terjadi.
Keluarga gw berharap gw masuk Akuntansi, Manajemen, atau Bahasa Inggris. Ngga banget deh. Gw siswa IPA, ngga akan pernah gw murtad dari sains kecuali ngga punya kesempatan lagi untuk masuk sains. Gw satu-satunya di keluarga gw yang menjadi siswa IPA, satu-satunya yang menolak Akuntansi, dan satu-satunya yang punya harapan besar untuk masuk universitas negeri.
Sepupu gw menyarankan teknik kimia seperti suaminya atau teknik industri. Dan lagi-lagi alasannya karena faktor kemudahan pekerjaan dan gaji. Kenapa sih, semua yang masuk perguruan tinggi selalu berpacu pada pekerjaan? Gw ingin kuliah jujur aja bukan karena ingin mengejar pekerjaan dan gaji, tapi karena ingin belajar. Kalau bisa, gw ingin selamanya belajar tanpa memikirkan pekerjaan. Memikirkan pekerjaan justru menjadi tekanan selama kuliah, seperti siswa SMA yang memikirkan ingin masuk Universitas mana sehingga tidak fokus Ujian Nasional.
Teman-teman gw menyarankan gw masuk MIPA Fisika, karena gw menonjol di bidang fisika. Sepertinya mereka belum tahu kemampuan biologi gw. Dan sejauh ini belum ada guru yang mensugesti gw.
Pilihan gw dari yang terfavorit: Teknik Pertanian, Teknik Lingkungan, Teknik Sipil, Kehutanan, Agronomi, Biologi, Fisika, Teknik Kimia, Arsitektur, dst. Alasannya gw ngga tahu pasti, tapi sepertinya gw mempertimbangkan masalah lingkungan. Tapi gw juga ingin ‘bermain’ dengan biologi dan fisika, dua mapel yang paling gw kuasai. Maka, teknik pertanianlah jalan terbaik.

Tidak ada komentar: