Memperingati hari Bumi tanggal 22 April 2008 yang lalu, membuat kita mengingat sebentar mengenai keadaan Bumi kita saat ini. Hanya sebentar. Besok mungkin sudah lupa. Orang-orang terbiasa untuk khusyuk di hari-hari tertentu saja. Di tanggal 17 Agustus, di hari-hari keagamaan, dan lain-lain. Setelahnya, pasti sudah tidak ingat.
Memang benar kata orang. Zaman sekarang zaman edan. Bedanya, gw melihatnya dari sisi sains, bukan sosial. Maklum, gw anak IPA yang akan masuk IPB (Amin!)
Kembali ke tema. Pernah melihat orang yang bangga merusak lingkungan? Sejujurnya, gw ngga pernah. Tapi apa yang mereka lakukan, cenderung dibanggakan, setidaknya oleh mereka sendiri. Dan apa yang mereka lakukan cenderung merusak lingkungan. Faktanya, hal-hal yang merusak lingkungan yang sering dibanggakan orang jauh lebih banyak dari pada yang sebaliknya. Sadar atau tidak, langsung ataupun tidak langsung, itu benar adanya.
Contohnya banyak. Kita bisa melihat di televisi dan di dunia nyata. Pernah lihat iklan kendaraan bermotor yang menunjukkan rasa bangga pada pengendaranya? Iklan yang sangat persuasif, ya? Dan itu yang gw khawatirkan. Begitu persuasifnya sehingga membuat permintaan akan kendaraan bermotor meningkat. Implikasinya adalah kerusakan lingkungan. Hal itu kan sama saja dengan iklan rokok yang menampilkan sosok seseorang yang gagah, percaya diri, dan terlihat sehat, padahal jelas-jelas tertulis di bungkusnya sendiri bahwa rokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. Rokok membuat perokok menjadi terlihat gagah adalah efek yang sangat-sangat sementara dan bersifat psikologis. Efek jangka panjangnya adalah kematian yang lebih cepat.
Singkatnya, setelah memikirkan analogi tadi banggakah kita mengendarai motor? Ini pertanyaan yang mempunyai jawaban yang bervariasi, tergantung keadaan di sekitar pengendara itu. Jawabannya iya bila banyak yang memujinya. Jawabannya tidak bila ada yang mencelanya. Dan ini menimbulkan pertanyaan lagi: dipuji karena apa? Dan lagi-lagi jawabannya tidak eksak alias banyak. Dan ini membuat gw ingin sekali kembali ke pertanyaan awal: banggakah merusak lingkungan?
Gw yakin ngga ada yang mengatakan iya. Tapi perilaku konsumerisme dan penggunaan yang berlebihan seolah mengatakan iya, seolah kesadaran akan lingkungan dikalahkan oleh hawa nafsu. Banyak keluarga yang seolah bangga memiliki kendaraan bermotor lebih dari satu. Banyak pengendara kendaraan pribadi yang seolah semakin bangga mengendarai kendaraan pribadi seiring dengan panjangnya jarak yang mereka tempuh tanpa memperdulikan asap yang keluar dari bokong mobil. Gw harap mereka menghirup asap yang mereka hasilkan sendiri (1000 kali Amin!).
Sorry, gw hanya kesal.
Saat ini yang paling jelas terlihat adalah mengenai kendaraan bermotor. Mungkin ada yang lain, dan akan lebih banyak lagi di masa depan. Bila itu terjadi, dan perdebatan lain muncul, kembalilah selalu pada satu pertanyaan: banggakah kita merusak lingkungan?
Melihat hal itu terjadi (sikap manusia yang seolah bangga merusak lingkungan) membuat gw ingin menertawakannya. Keinginan itu sangat kuat, tapi terhalang oleh keprihatinan gw terhadap lingkungan dan kebodohan si perusak lingkungan itu sendiri. Gw harap mereka kembali ke jalan yang benar (Sejuta kali Amin!). Memang benar, itu lucu. Merusak lingkungan kok bangga? Bila mereka tidak menyadarinya, ini justru menjadi semakin lucu karena gw pikir mereka berpendidikan. Karena hal itu gw jadi ragu untuk menyebut mereka amoral.
Tapi sekarang sudah bukan saatnya lagi untuk tidak peduli pada hal ini. Setiap media massa, elektronik ataupun cetak, sudah mengangkat isu ini setiap harinya. Masih belum tahu juga? Gw jadi ragu untuk menyebut mereka tidak berpendidikan ataupun bermoral, karena bisa saja mereka miskin karena TV, radio, dan koran saja tidak punya. Sesibuk apapun manusia, setidaknya mereka bisa membaca koran atau menonton TV.
Atau, mungkinkah mereka kombinasi dari ketiganya? Amoral, bodoh, dan miskin?
Seharusnya, sama seperti iklan rokok, harus ada peringatan singkat mengenai akibat buruk kendaraan bermotor.
Memang benar kata orang. Zaman sekarang zaman edan. Bedanya, gw melihatnya dari sisi sains, bukan sosial. Maklum, gw anak IPA yang akan masuk IPB (Amin!)
Kembali ke tema. Pernah melihat orang yang bangga merusak lingkungan? Sejujurnya, gw ngga pernah. Tapi apa yang mereka lakukan, cenderung dibanggakan, setidaknya oleh mereka sendiri. Dan apa yang mereka lakukan cenderung merusak lingkungan. Faktanya, hal-hal yang merusak lingkungan yang sering dibanggakan orang jauh lebih banyak dari pada yang sebaliknya. Sadar atau tidak, langsung ataupun tidak langsung, itu benar adanya.
Contohnya banyak. Kita bisa melihat di televisi dan di dunia nyata. Pernah lihat iklan kendaraan bermotor yang menunjukkan rasa bangga pada pengendaranya? Iklan yang sangat persuasif, ya? Dan itu yang gw khawatirkan. Begitu persuasifnya sehingga membuat permintaan akan kendaraan bermotor meningkat. Implikasinya adalah kerusakan lingkungan. Hal itu kan sama saja dengan iklan rokok yang menampilkan sosok seseorang yang gagah, percaya diri, dan terlihat sehat, padahal jelas-jelas tertulis di bungkusnya sendiri bahwa rokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. Rokok membuat perokok menjadi terlihat gagah adalah efek yang sangat-sangat sementara dan bersifat psikologis. Efek jangka panjangnya adalah kematian yang lebih cepat.
Singkatnya, setelah memikirkan analogi tadi banggakah kita mengendarai motor? Ini pertanyaan yang mempunyai jawaban yang bervariasi, tergantung keadaan di sekitar pengendara itu. Jawabannya iya bila banyak yang memujinya. Jawabannya tidak bila ada yang mencelanya. Dan ini menimbulkan pertanyaan lagi: dipuji karena apa? Dan lagi-lagi jawabannya tidak eksak alias banyak. Dan ini membuat gw ingin sekali kembali ke pertanyaan awal: banggakah merusak lingkungan?
Gw yakin ngga ada yang mengatakan iya. Tapi perilaku konsumerisme dan penggunaan yang berlebihan seolah mengatakan iya, seolah kesadaran akan lingkungan dikalahkan oleh hawa nafsu. Banyak keluarga yang seolah bangga memiliki kendaraan bermotor lebih dari satu. Banyak pengendara kendaraan pribadi yang seolah semakin bangga mengendarai kendaraan pribadi seiring dengan panjangnya jarak yang mereka tempuh tanpa memperdulikan asap yang keluar dari bokong mobil. Gw harap mereka menghirup asap yang mereka hasilkan sendiri (1000 kali Amin!).
Sorry, gw hanya kesal.
Saat ini yang paling jelas terlihat adalah mengenai kendaraan bermotor. Mungkin ada yang lain, dan akan lebih banyak lagi di masa depan. Bila itu terjadi, dan perdebatan lain muncul, kembalilah selalu pada satu pertanyaan: banggakah kita merusak lingkungan?
Melihat hal itu terjadi (sikap manusia yang seolah bangga merusak lingkungan) membuat gw ingin menertawakannya. Keinginan itu sangat kuat, tapi terhalang oleh keprihatinan gw terhadap lingkungan dan kebodohan si perusak lingkungan itu sendiri. Gw harap mereka kembali ke jalan yang benar (Sejuta kali Amin!). Memang benar, itu lucu. Merusak lingkungan kok bangga? Bila mereka tidak menyadarinya, ini justru menjadi semakin lucu karena gw pikir mereka berpendidikan. Karena hal itu gw jadi ragu untuk menyebut mereka amoral.
Tapi sekarang sudah bukan saatnya lagi untuk tidak peduli pada hal ini. Setiap media massa, elektronik ataupun cetak, sudah mengangkat isu ini setiap harinya. Masih belum tahu juga? Gw jadi ragu untuk menyebut mereka tidak berpendidikan ataupun bermoral, karena bisa saja mereka miskin karena TV, radio, dan koran saja tidak punya. Sesibuk apapun manusia, setidaknya mereka bisa membaca koran atau menonton TV.
Atau, mungkinkah mereka kombinasi dari ketiganya? Amoral, bodoh, dan miskin?
Seharusnya, sama seperti iklan rokok, harus ada peringatan singkat mengenai akibat buruk kendaraan bermotor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar