Gw mendapat istilah ini dari dosen gw. Inspirasinya juga dari dia. Ketika ia menjelaskan tentang itu, pikiran gw terbuka.
Ketika kita makan, sadarkah kita bahwa mungkin saja itu terbuat dari bahan yang berasal dari negara lain. Ungkapan umum yang berbunyi “Cinatilah Produksi Dalam Negeri” itu memang harus diresapi dengan sepenuh hati oleh seluruh bangsa ini. Manfaat dari penggunaan produksi dalam negeri jauh lebih besar dari yang kita bayangkan.
Contoh termudah adalah tepung terigu. Makanan umum apa yang sering membuat kita lupa bahwa itu terbuat dari bahan impor, seperti tepung terigu? Dari mie rebus sampai roti unyil, menggunakan bahan baku tepung terigu. Bayangkan saja, roti unyil yang merupakan makanan rakyat, memakai bahan impor. Hal itu tidak hanya pada tepung terigu saja, tapi pada hal lainnya.
Mengapa kita perlu concern terhadap hal ini? Ya, bayangkan saja jika tiba-tiba harga bahan impor itu naik secara global sehingga negara-negara eksportir menghentikan ekspornya. Bila satu negara terlanjur merasa ketergantungan terhadap bahan impor, efeknya sama seperti individu yang kecanduan narkoba, dan memang sulit dihilangkan.
Hukum ekonomi mengatakan bahwa jika terjadi kelangkaan, manusia akan mengkonsumsi barang substitusinya. Hanya saja kita belum membangun keinginan yang kuat untuk mengkonsumsi barang substitusi yang jelas-jelas ada kecuali telah terjadi kelangkaan. Ketika kesulitan itu datang, sudah terlambat karena kita belum mengembangkan teknologi dan teknik produksi dengan menggunakan bahan substitusi. Singkatnya, kita malas dan hanya mau yang praktis.
Mengenai tepung terigu, kira-kira apa substitusinya? Yang sederhana saja yang sudah akrab di masyarakat, tepung beras. Mungkin tekstur dan kualitasnya tidak sama. Jika belum puas, gunakan saja tepung singkong, tepung jagung, tepung kentang, banyak! Hanya saja kita tidak mau berpikir. Kita belum mengembangkan teknik produksi untuk memperbaiki kualitasnya hingga menyamai apa yang kita inginkan, bahkan lebih baik.
Itulah food trap. Kita terlena terhadap kepraktisan penggunaan bahan pangan impor. Sadarlah, alirah bahan baku impor itu bisa dihentikan kapan saja oleh negara-negara pengekspor. Jika itu terjadi, dalam beberapa hal kita belum siap.
Apa yang bisa kita lakukan sebagai warga negara? Yang termudah yang bisa kita lakukan adalah menggunakan bahan pangan produksi dalam negeri. Tanpa kita sadari, menggunakan barang dan jasa produksi dalam negeri mendatangkan banyak manfaat bagi semua pihak, dari konsumen hingga warga negara lain yang tidak terkait kegiatan konsumsi yang kita lakukan.
Keuntungan bagi konsumen adalah, hasil produksi dalam negeri umumnya lebih murah dari barang impor. Selain itu, distribusinya lebih mudah karena jarak yang dekat sehingga relatif ‘fresh’. Keuntungan bagi produsen, dapat memajukan usaha produsen tersebut dikarenakan keuntungan yang didapat memadai sehingga bisa memperbesar usahanya dan berdampak pada bertambahnya lapangan kerja. Pada bangsa dan negara, yang paling mudah diingat, menghemat devisa negara. Jika impor berkurang, rupiah pun tetap aman.
Yang di atas adalah pengetahuan sekolah dasar. Masih banyak lagi manfaatnya. Apalagi kita saat ini sudah mengetahui mana yang baik dan buruk.
Ketika kita makan, sadarkah kita bahwa mungkin saja itu terbuat dari bahan yang berasal dari negara lain. Ungkapan umum yang berbunyi “Cinatilah Produksi Dalam Negeri” itu memang harus diresapi dengan sepenuh hati oleh seluruh bangsa ini. Manfaat dari penggunaan produksi dalam negeri jauh lebih besar dari yang kita bayangkan.
Contoh termudah adalah tepung terigu. Makanan umum apa yang sering membuat kita lupa bahwa itu terbuat dari bahan impor, seperti tepung terigu? Dari mie rebus sampai roti unyil, menggunakan bahan baku tepung terigu. Bayangkan saja, roti unyil yang merupakan makanan rakyat, memakai bahan impor. Hal itu tidak hanya pada tepung terigu saja, tapi pada hal lainnya.
Mengapa kita perlu concern terhadap hal ini? Ya, bayangkan saja jika tiba-tiba harga bahan impor itu naik secara global sehingga negara-negara eksportir menghentikan ekspornya. Bila satu negara terlanjur merasa ketergantungan terhadap bahan impor, efeknya sama seperti individu yang kecanduan narkoba, dan memang sulit dihilangkan.
Hukum ekonomi mengatakan bahwa jika terjadi kelangkaan, manusia akan mengkonsumsi barang substitusinya. Hanya saja kita belum membangun keinginan yang kuat untuk mengkonsumsi barang substitusi yang jelas-jelas ada kecuali telah terjadi kelangkaan. Ketika kesulitan itu datang, sudah terlambat karena kita belum mengembangkan teknologi dan teknik produksi dengan menggunakan bahan substitusi. Singkatnya, kita malas dan hanya mau yang praktis.
Mengenai tepung terigu, kira-kira apa substitusinya? Yang sederhana saja yang sudah akrab di masyarakat, tepung beras. Mungkin tekstur dan kualitasnya tidak sama. Jika belum puas, gunakan saja tepung singkong, tepung jagung, tepung kentang, banyak! Hanya saja kita tidak mau berpikir. Kita belum mengembangkan teknik produksi untuk memperbaiki kualitasnya hingga menyamai apa yang kita inginkan, bahkan lebih baik.
Itulah food trap. Kita terlena terhadap kepraktisan penggunaan bahan pangan impor. Sadarlah, alirah bahan baku impor itu bisa dihentikan kapan saja oleh negara-negara pengekspor. Jika itu terjadi, dalam beberapa hal kita belum siap.
Apa yang bisa kita lakukan sebagai warga negara? Yang termudah yang bisa kita lakukan adalah menggunakan bahan pangan produksi dalam negeri. Tanpa kita sadari, menggunakan barang dan jasa produksi dalam negeri mendatangkan banyak manfaat bagi semua pihak, dari konsumen hingga warga negara lain yang tidak terkait kegiatan konsumsi yang kita lakukan.
Keuntungan bagi konsumen adalah, hasil produksi dalam negeri umumnya lebih murah dari barang impor. Selain itu, distribusinya lebih mudah karena jarak yang dekat sehingga relatif ‘fresh’. Keuntungan bagi produsen, dapat memajukan usaha produsen tersebut dikarenakan keuntungan yang didapat memadai sehingga bisa memperbesar usahanya dan berdampak pada bertambahnya lapangan kerja. Pada bangsa dan negara, yang paling mudah diingat, menghemat devisa negara. Jika impor berkurang, rupiah pun tetap aman.
Yang di atas adalah pengetahuan sekolah dasar. Masih banyak lagi manfaatnya. Apalagi kita saat ini sudah mengetahui mana yang baik dan buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar